Selasa, 03 Oktober 2017

MAKALAH PERTEMPURAN 5 HARI DI SEMARANG

MAKALAH
PERTEMPURAN 5 HARI DI SEMARANG
 

Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas sejarah
Oleh :
1.      Anggara Restu Aji
2.      Bagas Tri Wijaya
3.      Eggipstian Pradana
4.      Faisal Harendra
5.      Safira Putri W
SMA NEGERI 3 TEMANGGUNG
2017/2018

MAKALAH
PERTEMPURAN 5 HARI DI SEMARANG


Makalah  ini disusun untuk memenuhi
tugas sejarah
Oleh :
1.      Anggara Restu Aji
2.      Bagas Tri Wijaya
3.      Eggipstian Pradana
4.      Faisal Harendra
5.      Safira Putri W
SMA NEGERI 3 TEMANGGUNG
2017/2018

LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini yang berjudul “Pertempuran 5 Hari Di Semarang” disahkan pada :
Hari                 :
Tanggal           :      September 2017
Temanggung,      September 2017
Guru Pembimbing
Ibu. Ani Zuchiton, SPd.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pertempuan 5 Hai Di Semarang”. Makalah  ini dibuat untuk memenuhi tugas Sejarah dan untuk memberi pengetahuan tentang Sejarah pertempuran 5 Hari di Semarang bagi para pembaca.
Dalam penyusunan karya tulis ini, kami banyak berterima kasih kepada:
1.        Orang tua kami yang senantiasa memberikan doa dan memberikan motivasi dukungan baik moral maupun material.
2.        Ibu Ani Zuchiton selaku guru Sejarah yang senantiasa memberi kami bimbingan dalam penyelesaian Makalah ini.
3.        Seluruh teman-teman yang selalu memberi kami inspirasi dan informasi.
Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Kami juga berharap semoga Makalah bermanfaat dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Temanggung,     September 2017
Hormat Kami
DAFTAR ISI
Halaman Juduli
Lembar Pengesahanii
Kata Pengantariii
Daftar Isiiv
BAB I PENDAHULUAN1
1.1  Latar Belakang1
1.2  Rumusan Masalah3
BAB II PEMBAHASAN2
2.1  pertempuran Lima Hari di Semarang2
2.2  Kronologi Peristiwa2
2.3  Tokoh-Tokoh Yang Terlibat5
2.4  Sejarah Tugu Muda16
BAB III PENUTUP6
3.1  Kesimpulan6
3.2  Saran18
3.3  Sumber19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
                 Perlawanan masyarakat Semarang terhadap tentara Jepang atau sering disebut dengan istilah pertempuran lima hari di Semarang diawali dari terbunuhnya Dr. Kariadi seorang dokter muda asal Semarang dan berbagai tindakan anarkis yang dilakukan oleh tentara tahanan Jepang yang coba melarikan diri dari tahanan yang kemudian mengakibatkan kekacauan di sekitar tempat tahanan tentara Jepang. Tentara tahanan Jepang mencoba untuk mengambil alih kembali kota Semarang dari kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal tersebut tentu mengundang amarah masyarakatmenimbulkan perlawanan rakyat Semarang terhadap tentara Jepang di berbagai daerah Semarang.
                 Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota
1.2  Rumusan masalah
1.      Jelaskan tentang pertempuran lima hari di semarang?
2.      Jelaskan tentang kronologi pertempuran lima hari di semarang?
3.      Siapa saja yang terlibat dalam pertempuran pertempuran lima hari di semarang?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pertempuran Lima Hari di Semarang
                  Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di Semarang adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi (bedakan dengan Peristiwa 10 November - perlawanan terhebat rakyat Indonesia dalam melawan sekutu dan Belanda).
                  Pada tanggal 14 Oktober 1945, pasukan Jepang yang bersenjata lengkap dengan tiba-iba menyerang dan melucuti 8 orang petugas kepolisian yang sedang menjaga persediaan air minum di Jln. Wungkai. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Tidak lama berselang, tersiar kabar bahwa Jepang telah meracun air minum itu.
                  Berkenaan dengan adanya berita mengenai peracunan tandon air minum di Jln. Wungkal, seorang dokter muda asal Semarang tergerak hatinya untuk melakukan penelitian mengenai tandon yang sudah di racun tersebut. Beliau bernama Drs. Kariadi yang pada waktu itu menjabat sebagai kepala laboratorium di RS Purusara Semarang.
                  Drs. Kariadi segera berangkat ke tandon penampungan air di Jln Wungkal. Diluar dugaan mobil yang ditumpangi bersama sopirnya dicegat oleh sekelompok tentara Jepang. Dr.Kariadi beserta sopir pribadinya ditembak ditempat. Korban baru bisa dibawa ke rumah sakit pukul 23.00. Sayang sekali keadaan sudah sangat parah hingga beberapa saat kemudian beliau menutup mata untuk selama-lamanya.
2.2  Kronologi Peristiwa
1.      Masuknya Tentara Jepang ke Indonesia
            Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang
2.      Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan tokoh-tokohnya
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada 6 dan 9 Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
3.      Kaburnya tawanan Jepang
            Hal pertama yang menyulut kemarahan para pemuda Indonesia adalah ketika pemuda Indonesia memindahkan tawanan Jepang dari Cepiring ke Bulu, dan di tengah jalan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan Kidobutai dibawah pimpinan Jendral Nakamura. Kidobutai terkenal sebagai pasukan yang paling berani, dan untuk maksud mencari perlindungan mereka bergabung bersama pasukan Kidobutai di Jatingaleh.
4.      Tewasnya Dr. Kariadi
            Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal, (Sekarang menjadi kawasan industri Candi Semarang) waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di kota Semarang. Sebagai kepala RS Purusara (sekarang Rumah Sakit Kariadi) Dokter Kariadi berniat memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Isteri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat keadaan yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus menyelidiki kebenaran desas-desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang. Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.
2.3  Tokoh-Tokoh yang terlibat
Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlibat adalah sbb :
1.      dr. Kariadi
            dr. Kariadi adalah dokter yang akan mengecek cadangan air minum di daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.
2.      Mr. Wongsonegoro
Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang.
3.      Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta
Tokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang bersama Mr. Wongsonegoro.
4.      Mayor Kido (Pemimpin Kidobutai)
Pimpinan Batalion Kidobutai yang berpusat di Jatingaleh.
5.      drg. Soenart
6.      Istri dr. kariadi
7.      Kasman Singodimejo
8.      Perwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia.
9.      Jenderal Nakamura
10.  Jenderal yang ditangkap oleh TKR di Magelang
Pihak Jepang
1.    Mayor Kido
2.    Mayor Yogi
3.    Kapten Wada
4.    Sersan Tanaka
2.4 Sejarah Tugu Muda
               Tugu ini didirikan untuk mengenang peristiwa Pertempuran Lima hari di Semarang. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 28 Oktober 1945, oleh Mr. Wongsonegoro (Gubernur Jawa Tengah) pada lokasi yang direncanakan semula yaitu didekat Alun-alun. Namun karena pada bulan Nopember 1945 meletus perang melawan Sekutu dan Jepang, proyek ini menjadi terbengkalai. Kemudian tahun 1949, oleh Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI), diprakarsai ide pembangunan tugu kembali, namun karena kesulitan dana, ide ini jugaa belum terlaksana. Tahun 1951, Walikota Semarang, Hadi Soebeno Sosro Wedoyo, membentuk Panitia Tugu Muda, dengan rencana pembangunan tidak lagi pada lokasi alun-alun, tetapi pada lokasi tempat terjadinya peristiwa pertempuran lima hari di semarang yakni di pertemuan Jl. Pemuda, Jl. Imam Bonjol, Jl. Dr. Sutomo, dan Jl. Pandanaran dengan Lawang Sewu seperti lokasi sekarang ini. Akhirnya pada tanggal 10 Nopember 1951, Gubernur Jawa Tengah Boediono meletakkan batu pertama di lokasi yang baru ini.
               Tugu muda diresmikan pada tanggal 20 Mei 1953, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, oleh Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia. Desain tugu dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief pada tugu dikerjakan oleh seniman Hendro. Batu yang digunakan antara lain didatangkan dari Kaliurang dan Paker. Bangunan yang berada disekitar tugumuda adalah Lawang Sewu, Gedung Pandanaran, Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah, Museum Mandala Bhakti dan Gereja Katedral Semarang.
               Tugu Muda berbentuk seperti lilin yang mengandung makna semangat juang para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan RI tidak akan pernah padam. Bentuk Tugu muda merupakan tugu yang berpenampang segi lima. Terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu landasan, badan dan kepala. Pasa sisi landasan tugu terdapat relief. Keseluruhan tugu dibuat dari batu. Untuk memperkuat kesan tugunya, dibuat kolam hias dan taman pada sekeliling tugu.
               Pada bagian kaki tugu terdapat relief dengan lima buah sangga pilar,yang kecuali dipergunakan untuk menggambarkan berbagai macam relief,juga dimaksudkan sebagai lambang Pancasila. Pada tiap-tiap sangga terdapat hiasan-hiasan yang berbeda satu dengan yang lain yaitu:
1.      Relief Hongerodeem
         Menggambarkan kehidupan rakyat Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang yang sangat tertindas dan banyak yang menderita kelaparan,hingga hongerodeem atau penyakit busung lapar merajalela di kalangan masyarakat.
2.      Relief Pertempuran
         Menggambarkan betapa besar gelora semangat serta keberanian para pemuda Semarang dalam mempertahankan kemerdekaan negara dan bangsanya.
3.      Relief Penyerangan
         Melambangkan perlawanan rakyat Indonesia terhadap pihak penjajahan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
4.      Relief Korban
         Menggambarakan bahwa dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang,banyak rakyat yang menjadi korban.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
           Pertempuran lima hari di semarang, adalah pertempuran rakyat melawan pasukan – pasukan Jepang, yang hendak meniadakan arti proklamasi kemerdekaaan Republik Indonesia. Terutama di Semarang, telh ditanamkan benih – benih kebencian kepada Jepang sejak jepang mendarat ke Nusantara, dan tentang propagandanya. Semarang, Rakyat Semarang tidak ingin kembali terjajah oleh Jepang, karena Warga Semarang juga telah tersakiti akibat perlakuan jepang yang menyakiti hati masyarakat Semarang Khususnya dan Indonesia pada umumnya.
           Penyebaran benih rasa tidak senang kepada jepang yang dilakukan secara sadar, bersumber kepada tokoh – tokoh perjuangan, yang memang sejak zaman Hindia Belanda dulu sudah mencita – citakan Indonesia Merdeka.
           Oleh sebab itu, setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya maka merekamenginginkan bangsa Indonesia benar – benar bersih dari para penjajah, terutama di Semarang. Rakyat Indonesia mulai menyusun kekuatan untuk menghadapi penolakan Jepang terhadap kemerdekaan Indonesia. Contohnya dengan pergerakan anti Jepang yang muncul sejak Akhir 1942, namun pada saat itu kesatuan dan persatuan belum dimiliki masyarakat, utamanya di tingkat daerah, mereka lebih mengutamakan daerahnya sendiri.
3.2  Saran
                 Saya menyarankan kepada generasi muda agar dapat meneruskan perjuangan dari pahlawan-pahlawan yang telah rela mngorbankan nyawanya demi bangsa ini. Dan saya juga menyarankan agar generasi muda dapat mengenang jasa-jasa pahlawan dan tidak melupakan begitu saja jasa-jasa pahlawan kita.
3.3  Sumber
Makalah ini mengutip dari :
http//:wikipedia/sejarah pertempuran5haridisemarang.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar