Selasa, 03 Oktober 2017

Makalah Tentang Aswaja Pada Masa Nabi Dan Sahabatnya



ASWAJA PADA MASA NABI DAN SAHABATNYA, ASWAJA SEBAGAI PAHAM /ALIRAN,MENGENAL SOSOK ABU HASAN DAN ABU MANSYUR
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
 ASWAJA
Dosen Pengampu: Siti Roichanah,M.S.I
 
 

Disusun oleh: 
1.Rani Miranti
2.Yosita Bela Novelia Sari
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA TEMANGGUNG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
              ASWAJA sesungguhnya identik dengan pernyataan nabi “Ma Ana ‘Alaihi wa Ashabi” seperti yang dijelaskan sendiri oleh Rasululloh SAW dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud bahwa :”Bani Israil terpecah belah menjadi 72 Golongan dan ummatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, kesemuanya masuk nereka kecuali satu golongan”. Kemudian para sahabat bertanya ; “Siapakah mereka itu wahai rasululloh?”, lalu Rosululloh menjawab : “Mereka itu adalah Maa Ana ‘Alaihi wa Ashabi” yakni mereka yang mengikuti apa saja yang aku Lakukan dan juga dilakukan oleh para sahabatku.
Dalam hadist tersebut Rasululloh SAW menjelaskan bahwa golongan yang selamat                 adalah golongan yang mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasululloh dan para sahabatnya. Pernyataan nabi ini tentu tidak sekedar kita maknai secara tekstual, tetapi karena hal tersebut berkaitan dengan pemahaman tentang ajaran Islam maka “Maa Ana ‘Alaihi wa Ashabi” atau Ahli Sunnah Waljama’ah lebih kita artikan sebagai “Manhaj Au Thariqoh fi Fahmin Nushus Wa Tafsiriha” ( metode atau cara memahami nash dan bagaimana mentafsirkannya).
Jadi bukanlah sebuah gerakan yang baru muncul diakhir abad ke-3 dan ke-4 Hijriyyah yang dikaitkan dengan lahirnya kosep Aqidah Aswaja yang dirumuskan kembali (direkonstuksi) oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari (Wafat : 935 M) dan Imam Abu Mansyur Al-Maturidi (Wafat : 944 M) pada saat munculnya berbagai golaongan yang pemahamannya dibidang aqidah sudah tidak mengikuti Manhaj atau thariqoh yang dilakukan oleh para sahabat, dan bahkan banyak dipengaruhi oleh kepentingan- Kepentingan politik dan kekuasaan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah aswaja pada masa nabi dan sahabatnya ?
2.      Bagimanakah aswaja sebagai paham atau aliran ?
3.      Bagaimanakah sosok dari Abu Hasan dan Abu Mansyur ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Aswaja  Pada Masa Nabi dan Sahabatnya
      Agama Islam yang di bawa oleh Rasulullah SAW, merupakan satu kesatuan dari 3 unsur dasar yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Setelah Rasulullah SAW wafat, bibit perselisihan diantara ummat Islam mulai tampak. Menurut para ahli sejarah firqoh-firqoh dalam Islam timbul pada akhir pemerintahan Sayyidina Utsman bin Affan. Pertama-tama Abdullah bin Saba’ mempropagandakan suatu aliran yang diberi nama “Mazhab Wishayati yang berhasil mempengaruhi para pendukung Ali bin Abi Thalib. Di samping itu di propagandakan pula aliran-aliran. Hak Ilahi untuk memperkuat kedudukan Sayyidina Ali. Propaganda Abdullah Ibn Saba’ berjalan secara intensif dan berhasil memperoleh dukungan dan kaum muslimin.
Pada tahun 37 H terjadi Perang Sifin antara tentara Khalifah Ali dengan tentara Muawiyyah bin Abi Sufyan. Kelompok Ali yang tidak menghendaki perdaiman membentuk barisan memisahkan diri dari kelompok Ali, lambat laun golongan Khawarij menjadi beberapa Sekte. Selain itu, timbul kelompok yang menamakan diri “Murjiah” di pimpin oleh Hasan bin Bilal al-Muzni. Adalagi kelompok yang namanya “Jabariyah” tokohnya bernama Jahmbih Satwan. Faham fatalisme yang di bawah oleh Jahm ini ternyata mendapat perlawanan kelas dari golongan Wahdaniyah di pimpin Ma’bad Al-Juhaini.
Pada abad 2 H muncullah golongan “Mu’tazilah” di pimpin Wasik bin Atha’. Golngan Mu’tazilah dengan faham kebebasan rasio perlahan-lahan memperoleh pengaruh dalam masyarakat Islam. Beberapa golongan atau firqoh diatas adalah tumbuh dan berkembang karena persoalan politik. Banyaknya firqoh sudah barang tentu menjadi bara api perselisihan semakin berkobar. Pada saat demikian, ajaran Aswaja mutlak di populerkan kembali sehingga ummat Islam dapat terbebaskan dari ajaran sesat. Jadi aswaja muncul bukanlah satu ajaran yang muncul sebagai reaksi dan timbunya aliran yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni, tetapi Aswaja benar-benar sudah ada sejak Zaman Nabi dan justru aliran-aliran itulah yang menodai kemurnian ajarannya. Aswaja sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Didalam buku  Bugyatul Mustarsyidin karangan Mufti Sheikh Sayid Abdurrahman bin Muhammad bin Husein bin Umar, bahwa ada 72 firqah yang sesat  bertumpu pada 7 firqah yaitu :
o   Faham Syi’ah, kaum yang berlebih-lebihan memuja Saidina Ali bin Abi Thalib. Mereka tidak mengakui Khalifah Rasyidin yang lain seperti Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, Khalifah Umar Ibnu Khattab dan Khalifah Utsman bin Affan. Kaum Syi’ah terpecah menjadi 22 aliran, termasuk di antaranya adalah Kaum Bahaiyah dan Kaum Ahmadiyah Qad-yan.
o   Faham Khawarij, yaitu kaum kaum yang berlebih-lebihan membenci Saidina Ali bin Abi Thalib, bahkan di antaranya ada yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa bahwa orang-orang yang membuat dosa besar menjadi kafir. Kaum Khawarij terpecah menjadi 20 aliran.
o   Faham Mu’tazilah, yaitu kaum yang berfaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata dalam surga, orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan di antara dua tempat, dan mi’raj Nabi Muhammad SAW hanya dengan roh saja, dll. Kaum Mu’tazilah terpecah menjadi 20 aliran, termasuk di antaranya adalah Kaum Qadariyah.
o   Faham Murjiah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat maksiat (kedurhakaan) tidak memberi mudharat jika sudah beriman, sebaliknya membuat kebaikan dan kebajikan tidak bermanfaat jika kafir. Kaum ini terpecah menjadi 5 aliran.
o   Faham Najariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk, yaitu dijadikan Tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak ada. Kaum Najariyah terpecah menjadi 3 aliran.
o   Faham Jabariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa manusia “majbur”, artinya tidak berdaya apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali. Kaum ini hanya 1 aliran.
o   Faham Musyabbihah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi, naik dan turun tangga dll. Kaum ini hanya 1 aliran saja. Kaum Ibnu Taimiyah termasuk dalam golongan ini, dan Kaum Wahabi adalah termasuk kaum pelaksana dari faham Ibnu Taimiyah.
Sebagai reaksi dari timbulnya firqah-firqah yang sesat tadi, maka pada akhir abad ketiga Hijriyah muncullah golongan yang yang bernama Ahlussunnah wal Jama’ah yang dipelopori oleh dua orang ulama besar dalam Ushuluddin yaitu Sheikh Abu Hasan Ali al-Asy’ari dan Sheikh Abu Mansur al-Maturidi. Perkataan Ahlussunnah wal Jama’ah kadang-kadang dipendekkan menjadi Ahlussunnah saja atau Sunni saja dan kadang-kadang disebut Asy’ari atau Asy’ariyah, dikaitkan kepada guru besarnya yang pertama yaitu Abu Hasan ‘Ali al-Asy’ari.
Ahlusunnah wal jama’ah berarti kaum atau golongan yang menganut serta mengamalkan ajaran Islam yang murni sesuai ajaran Rosulullah SAW dan para sahabatnya. I’tiqad Nabi dan sahabat-sahabat itu telah terdapat dalam Al-Quran dan dalam Sunnah Rasul secara terpencar-pencar, belum tersusun rapi dan teratur, tetapi kemudian dikumpulkan dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang ulama Ushuluddin yang besar, yaitu Sheikh Abu Hasan ‘Ali al-Asy’ari. Karena itu ada orang yang memberi nama kepada kaum Ahlussunnah wal Jama’ah dengan kaum Asya’irah. Dalam buku-buku Ushuluddin biasa dijumpai perkataan Sunni sebagai kependekan dari Ahlussunnah wal Jama’ah dan pengikut-pengikutnya dinamai Sunniyun.
Di dalam buku ‘Ihtihaf Sadatul Muttaqin’ karangan Imam Muhammad bin Muhammad al-Husni Az-Zabidi, yaitu buku Syarah dari Ihya Ulumuddin disebutkan bahwa apabila disebut kaum Ahlussunnah wal Jama’ah, maka maksudnya adalah orang-orang yang mengikut rumusan (faham) Asy’ari dan faham Abu Mansur al-Maturidi.
Salah satu contoh amalah nabi Muhammad kepada para sahabat adalah
Doa Qunut pada solat  Subuh  adalah  Sunnat,  Menurut mazhab Imam Syafi’i, yang kami anut dan yang dianut oleh Ulama’-ulama’ besar dalam mazhab Syafi’i, seperti Imam Ghozali, Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar al-Haitami, Imam ar-Ramli, Imam Khatrib Syarbaini, Imam Zakaria Al-Anshari dan lain-lain, bahwa hukum membaca do’a qunut dalam sembahyang Subuh pada i’tidal raka’at kedua adalah sunnat ‘aba’ad, diberi pahala yang mengerjakannya dan tidak diberi pahala sekalian orang yang meninggalkannya. Imam Sindi, pengarang Hasyiyah Salih Bukhari mengatakan bahwa menurut sebagian qunut itu sudah dinasikkan semuanya tetapi ada sebagian yang mengatakan bahwa qunut dalam sembahyang subuh tidak dinasikhkan.
B.     Aswaja Sebagai  Paham atau Aliran
Aswaja adalah aliran keagamaan yang diikuti oleh mayoritas umat Islam Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama. Aswaja NU terkenal dengan nama Aswaja Nahdliyah, yaitu Aswaja yang menjadi keyakinan dan dasar utama bagi warga NU dalam semua bidang, agama, sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan politik. Namun sayang, mayoritas warga NU belum memahami secara mendalam apa itu Aswaja ?, apa yang membedakan Aswaja dengan aliran lain ?, dalil-dalil yang menjadi dasar amaliyah warga NU seperti tahlilan, manakiban, yasinan, dan lain-lain ?, Apakah benar amaliyah warga NU termasuk bid’ah dhalalah (sesat) ? kalau tidak, apakah termasuk kategori sunnah ? Wacana bid’ah selalu dijadikan senjata untuk menyerang amaliah warga NU secara terus menerus. Pelurusan wacana sangat penting dan mendesak, supaya warga NU bisa mengamalkan tradisinya secara nyaman dan tenang.
Selain itu, tantangan modernisasi dan globalisasi membuat formulasi Aswaja klasik mengalami kemunduran, karena dirasa kurang mampu menjawab tuntutan dinamika zaman. Maka, menjadi suatu keniscayaan melakukan penyegaran dan pembaruan doktrin Aswaja. Salah satunya adalah menjadikan Aswaja sebagai manhaj al-fikr (metodologi berpikir) dalam membaca realitas secara dinamis, analitis, produktif, dan solutif. Persoalan muncul lagi, bagaimana mengaplikasikan Aswaja sebagai manhaj al-fikrdalam organisasi dan program-programnya. Disinilah pentingnya membumikan Aswaja sebagai manhaj al-fikr dalam organisasi dan program-programnya supaya operasional kuatitatif sehingga bisa meningkatkan kualitas warga NU secara maksimal.
Aswaja, selama ini sering dipandang hanya sebagai mazhab (aliran, sekte, ideologi, atau sejenisnya). Hal ini menyebabkan aswaja dianut sebagai sebuah doktrin yang diyakini kebenarannya, secara apriori (begitu saja). Kondisi ini menabukan kritik, apalagi mempertanyakan keabsahannya.
Jadi, tatkala menganut aswaja sebagai mazhab, seseorang hanya mengamalkan apa yang menjadi doktrin Aswaja. Doktrin-doktrin ini sedemikian banyak dan menyatu dalam kumpulan kitab yang pernah dikarang para ulama terdahulu. Di kalangan pesantren Nusantara, kiranya ada beberapa tulisan yang secara eksplisit menyangkut dan membahas doktrin Aswaja.
Hadrotus-Syeikh Hasyim Asy’ari menjelaskan  Aswaja dalam kitab Qanun NU dengan melakukan pembakuan atas ajaran aswaja, bahwa dalam hal tawhid aswaja (harus) mengikuti Al-Maturidi, ulama Afganistan atau Abu Hasan Al Asy’ari, ulama Irak. Bahwa mengenai fiqh, mengikuti salah satu di antara 4 mazhab. Dan dalam hal tasawuf mengikuti Imam al-Ghazali atau Al-Junaidi.
Selain itu, KH Ali Maksum Krapyak, Jogjakarta juga menuliskan doktrin aswaja dengan judul Hujjah Ahlus Sunnah wal Jamaah, kitab yang cukup populer di pesantren dan madrasah NU. Kitab ini membuka pembahasan dengan mengajukan landasan normatif Aswaja. Beberapa hadits (meski dho’if) dan atsar sahabat disertakan. Kemudian, berbeda dengan Kyai Hasyim yang masih secara global, Mbah Maksum menjelaskan secara lebih detail. Beliau menjelaskan persoalan talqin mayit, shalat tarawih, adzan Jumat, shalat qabliyah Jumat, penentuan awal ramadhan dengan rukyat, dan sebagainya.
Itu hanya salah sat di antara sekian pembakuan yang telah terjadi ratusan tahun sebelumnya. Akhirnya, kejumudan (stagnasi) melanda doktrin Aswaja. Dipastikan, tidak banyak pemahaman baru atas teks-teks keagamaan yang muncul dari para penganut Aswaja. Yang terjadi hanyalah daur ulang atas pemahaman ulama-ulama klasik, tanpa menambahkan metodologi baru dalam memahami agama.
C.    Mengenal Sosok Abu Hurairah dan Abu Mansyur
·  Abu al Hasan bin Isma'il alAsy'ari 
           (lahir: 873 wafat: 935), adalah seorang pemikir muslim pendiri paham Asy'ari
·  Latar Belakang Abu Hasan
          namanya Abual-Hasan Ali bin Ismail al-Asy'ari keturunan dari Abu Musa al-Asy'ari, salah seorang perantara dalam sengketa antara ,Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah. Al-Asy'ari lahir tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/935 M [1] Al-Asy'ari lahir di Basra, namun sebagian besar hidupnya di Baghdad. pada waktu kecilnya ia berguru pada seorang Mu'tazilah terkenal, yaitu Al-Jubbai, mempelajari ajaran-ajaran Muktazilah dan mendalaminya. Aliran ini diikutinya terus ampai berusia 40 tahun, dan tidak sedikit dari hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku kemuktazilahan. namun pada tahun 912 dia mengumumkan keluar dari paham Mu'tazilah, dan mendirikan teologi baru yang kemudian dikenal sebagai Asy'ariah.Ketika mencapai usia 40 tahun ia bersembunyi di rumahnya selama 15 hari, kemudian pergi ke Masjid Basrah. Di depan banyak orang ia menyatakan bahwa ia mula-mula mengatakan bahwa Quran adalah makhluk; Allah Swt tidak dapat dilihat mata kepala; perbuatan buruk adalah manusia sendiri yang memperbuatnya (semua pendapat aliran Muktazilah). Kemudian ia mengatakan: "saya tidak lagi memegangi pendapat-pendapat tersebut; saya harus menolak paham-paham orang Muktazilah dan menunjukkan keburukan-keburukan dan kelemahan-kelemahanya".
Dia cenderung kepada pemikiran Aqidah Ahlussunnah Wal jama'ah dan telah mengembangkan ajaran seperti sifat Allah 20. Banyak tokoh pemikir Islam yang mendukung pemikiran-pemikiran dari imam ini, salah satunya yang terkenal adalah "Sang hujjatul Islam" Imam Al-Ghazali, terutama di bidang ilmu kalam/ilmu tauhid/ushuludin.
Walaupun banyak juga ulama yang menentang pamikirannya,tetapi banyak masyarakat muslim yang mengikuti pemikirannya. Orang-orang yang mengikuti/mendukung pendapat/paham imam ini dinamakan kaum/pengikut "Asyariyyah", dinisbatkan kepada nama imamnya. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim banyak yang mengikuti paham imam ini, yang dipadukan dengan paham ilmu Tauhid yang dikembangkan oleh Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Ini terlihat dari metode pengenalan sifat-sifat Allah yang terkenal dengan nama "20 sifat Allah", yang banyak diajarkan di pesantren yang berbasiskan Ahlussunnah Wal Jama'ah dan Nahdhatul Ulama (NU) khususnya, dan sekolah-sekolah formal pada umumnya.
·  Karya-karyanya
Ia meninggalkan karangan, kurang lebih berjumlah 90 buah dalam berbagai lapangan. Kitabnya yang terkenal ada tiga :
1 Maqalat al-Islamiyyin
2 Al-Ibanah 'an Ushulid Diniyah
3 Al-Luma
Kitab-kitab lainnya:
4 Idhāh al-Burhān fi ar-Raddi 'ala az-Zaighi wa ath-Thughyān
5 Tafsir al-Qur'ān (Hāfil al-Jāmi')
6 Ar-Radd 'ala Ibni ar-Rāwandi fi ash-Shifāt wa al-Qur'ān
7 Al-Fushul fi ar-Radd 'ala al-Mulhidin wa al-Khārijin 'an al-Millah
8 Al-Qāmi' likitāb al-Khālidi fi al-Irādah
9 Kitāb al-Ijtihād fi al-Ahkām
10 Kitāb al-Akhbār wa Tashhihihā
11 Kitāb al-Idrāk fi Fununi min Lathif al-Kalām
12 Kitāb al-Imāmah
13 At-Tabyin 'an Ushuli ad-Din
14 Asy-Syarhu wa at-Tafshil fi ar-Raddi 'ala Ahli al-Ifki wa at-Tadhlil
15 Al-'Amdu fi ar-Ru'yah
16 Kitāb al-Maujiz
17 Kitāb fi Khalqi al-A'māl
18 Kitāb ash-Shifāt
19 Kitāb ar-Radd 'ala al-Mujassimah
20 An-Naqdh 'ala al-Jubbā'i
21 An-Naqdh 'ala al-Balkhi
22 Jumal Maqālāt al-Mulhidin
23 Kitāb fi ash-Shifāt
24 Adab al-Jidal
25 Al-Funan fi ar-Raddhi 'ala al-Mulhidin
26 An-Nawādir fi Daqaiqi al-Kalām
27 Jawāz Ru'yat Allah bil Abshār
28 Risālah ila Ahli Ats-Tsughar]
·  Imam Abu Mansyur Al-Maturidi
(wafat 333 H / 944 M) adalah salah seorang ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah dan imam aliran aqidah Maturidiyyah yang anut sebagian besar pengikut Mazhab Hanafi, serta seorang ahli ilmu kalam.
·  Latar Belakang Abu Mansyur
Imam Abu Mansur Al-Maturidi, atau lengkapnya Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi As-Samarqandi Al-Hanafi .
Imam Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah pemukiman di kota Samarkand (sekarang termasuk wilayah Uzbekistan) yang terletak di seberang sungai. Di bidang ilmu agama, ia berguru pada Abu Nasr al-'Ayadi and Abu Bakr Ahmad al-Jawzajani. Ia banyak menulis tentang ajaran-ajaran Mu'tazilahQarmatiyyah, dan Syi'ah.
·  Karya-karyanya
Ia meninggalkan beberapa karangan diantaranya
1.Kitab Al Tawhid
2.Kitab Radd Awa'il al-Adilla, sanggahan terhadap Mu'tazilah
3.Radd al-Tahdhib fi al-Jadal, sanggahan terhadap Mu'tazilah
4.Kitab Bayan Awham al-Mu'tazila, 'Kitab Pemaparan Kesalahan Mu'tazilah'
5.Kitab Ta'wilat al-Qur'an.
6.Kitab al-Maqalat
7.Ma'akhidh al-Shara'i` dalam Usul al-Fiqh
8.Al-Jadal fi Usul al-Fiqh
9.Radd al-Usul al-Khamsa, sanggahan terhadap pemaparan Abu Muhammad al-      Bahili' tentang lima prinsip Mu'tazilah
10.Radd al-Imama, sanggahan terhadap konsepsi keimaman syiah
11.Al-Radd `ala Usul al-Qaramita
12.Radd Wa`id al-Fussaq
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
v   Agama Islam yang di bawa oleh Rasulullah SAW, merupakan satu kesatuan dari 3 unsur dasar yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Setelah Rasulullah SAW wafat, bibit perselisihan diantara ummat Islam mulai tampak. Menurut para ahli sejarah firqoh-firqoh dalam Islam timbul pada akhir pemerintahan Sayyidina Utsman bin Affan.
v   Aswaja adalah aliran keagamaan yang diikuti oleh mayoritas umat Islam Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama. Aswaja NU terkenal dengan nama Aswaja Nahdliyah, yaitu Aswaja yang menjadi keyakinan dan dasar utama bagi warga NU dalam semua bidang, agama, sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan politik.
v  Abu al Hasan bin Isma'il al Asy'ari 
(lahir: 873 wafat: 935), adalah seorang pemikir muslim pendiri paham Asy'ari.
Imam Abu Mansyur Al-Maturidi.
(wafat 333 H / 944 M) adalah salah seorang ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah dan imam aliran aqidah Maturidiyyah yang anut sebagian besar pengikut Mazhab Hanafi, serta seorang ahli ilmu kalam.
 DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Mansur_Al_Maturidi
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_al-Hasan_al-Asy%27ari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar